Zaman sekarang ini dimana manusia disibuki dengan berbagai macam pekerjaan dan aktivitas tidak jarang orang melupakan Tuhan, bahkan ketika diminta untuk turut ambil bagian dalam pelayanan di jemaat sering orang mengelu bahwa ia tidak memiliki waktu yang cukup. Tetapi ada juga yang melayani tetapi dengan pemahaman yang keliru bahwa pelayanan kepada jemaat di gereja adalah pekerjaan tambahan. Karena pekerjaan tambahan sehingga ada waktu baru melayani. Tidak jarang ada pelayan yang masa tugas 4 tahun, tahun pertama sangat rajin tetapi tahun-tahun berikutnya karena sibuk tidak pernah lagi melibatkan diri dalam pelayanan.
Gideon adalah seorang hakim yang memerintah
Kalau kita teliti membaca pembcaan dalam perikop ini maka ada tiga hal sehingga Gideon terjerat :
Pertama : Gila Kekuasaan, dengan diberikan kekuasaan dari Tuhan Allah dan orang-orang
Kedua, Kekayaan, ternyata kekayaan yang Ia dapat setelah mengalahkan orang Midian tidak dipakai untuk kemuliaan Tuhan tetapi dipakai oleh Gideon untuk membuat patung menyembah Allah lain. Rupanya kekayaan telah membuat Gideon lupa bahwa Ia mendapat kemenangan dan segala sesuatu itu dari Tuhan.
Ketiga, Gila Perempuan, Gideon mempuyai begitu banyak istri dan juga gundik di Sikhem. Dia memiliki anak 70 anak jadi kira-kira istrinya berapa …? Dan bahkan pembacaan selanjutnya anak Gideon dari gundiknya kemudian membunuh anak-anak Gideon.
Dari sinilah kita dapat belajar bahwa memiliki istri yang banyak, poligami bukan cara yang tepat untuk memperoleh hidup bahagia. Rupanya para istrinya telah membuat hati Gideon tidak condong lagi kepada Allah.
Mari kita belajar dari cerita Gideon ini, mari kita melayani Tuhan dengan sungguh hati. Kitapun harus berhati-hati terhadap segala kemewahan gunakan itu untuk Tuhan.
Tuhan tidak pernah melarang kita kaya, tetapi gunakan kekayaan itu bukan untuk disembah tetapi kekayaan itu untuk memuliakan Tuhan.
Kunci agar dapat kuat dalam mengiring Tuhan adalah kasih setia. Orang Kristen yang akan memperoleh mahkota kehidupan nanti adalah yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan yang setia melakukan kehendakNya dalam perkara kecil/besar yang dipercayakan Tuhan baginya, seperti yang dilakukan oleh Paulus: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adik, pada hari-Nya;” (2 Timotius 4:7-8a). Oleh karena itu arahkan pandangan kita hanya kepada Yesus sumber harapan kita.
Jangan berhenti di tengah jalan, setialah sampai akhir hidup kita!